Kamis, 25 Desember 2008

Moulin Rouge! (2001)


selalu kesal melihat sampahnya film musikal? coba nonton film ini, dalam sekejap lo bakal mencintai film musikal apa adanya.

dimulai dengan kisah seorang penulis, Christian (Ewan McGregor) yang menangisi kepergian kekasihnya, Satine (Nicole kidman), seorang courtesan terkenal, cerita berlanjut menjadi flashback yang menawan.

Christian datang ke Paris untuk mengejar impiannya sebagai penulis. Tanpa sengaja ia bertemu dengan orang2 Bohemian yang mendorong Christian untuk membuat musical show di Moulin Rouge!, sebuah night club underground terkenal di Paris.

Disana, Christian berjumpa dengan Satine dan langsung jatuh cinta. tenyata Satine adalah seorang courtesan yang sedang mengincar bangsawan kaya untuk mempromosikan dirinya sebagai artis. datanglah seorang duke (Richard Roxburgh) yang hanya bersedia membiayai show hanya bila Satine mau tidur dengannya.

Cinta segitiga ini semakin rumit ketika ternyata Satine menyimpan sebuah rahasia mematikan yang dapat mengakhiri semuanya...

pelan-pelan, lo bakal menikmati akting Nicole dan Ewan yang bukan cuma jago akting, tapi juga jago nyanyi. kalo boleh gw bilang, kekuatan utama film ini adalah segi musikalitasnya (yaealah....). mas Baz Luhrman sebagai sang sutradara bisa menggabungkan seni musik opera dengan budaya musik masa kini secara pas dan gak berlebihan. waktu nonton, beberapa kali gw tergelitik dengan pilihan lagu masa kini kayak lagu2nya David Bowie, Christina Aguilera, Mya, Pink, Fatboy Slim, Beck, dan lain-lain yang mewarnai film yang emang udah berwarna ini.

yaaah...relatif sih...gak semua orang bakal suka film musikal. but, don't get me wrong! film ini bisa dipake sebagai good start untuk mengenal film musikal lebih jauh...

The Visitor (2007), sedikit belajar tentang hidup lewat film.

In a world of billion people, it only takes one to change your life.


Premis di atas begitu menarik ketika tanpa sengaja gw menemukan film ini. Bukan karena film ini meraih banyak penghargaan di berbagai festival, bukan pula karena ada Richard Jenkins sebagai pemeran utama (sebelumnya tampil menarik di film Burn After Reading garapan sutradara nyentrik--Coen Brothers--yang gw tonton tempo hari). Gw tertarik, karena film ini berbicara soal passion, soal "what the fuck am i doing right now?".

Gw jadi teringat film Lost In Translation, film ini juga dengan fasih membawa isu yang sama. Ketika Bill Murray mempertanyakan hidupnya lewat komedi yang sarkastik, Richard Jenkins menjalani hidupnya dengan berusaha lari dari kenyataan lewat drama yang emosional. The Visitor, membawa penonton kepada sebuah pemikiran sederhana yang sedikit utopis: "You can live your whole life and never know who you are until you see the world through the eyes of others". Klise memang, tapi ujuk2 menjadi film yang hiperbolis, Tom McCarthy mampu memberikan sudut pandang yang realistis dari awal film hingga ending cerita.

Sejak awal film, penonton dihadapkan pada sebuah kenyataan yang pahit. Profesor Walter Vale merasa hidupnya tidak memiliki arti semenjak kematian istrinya. Layaknya orang 'ngelindur', Walter menjalani hidupnya dengan mata tertutup dan apatis. Kehilangan passion untuk mengajar dan menulis, Walter mencoba pelarian dengan belajar bermain piano klasik yang lagi-lagi itu hanyalah sebuah pelarian tanpa keseriusan. Sang sutradara, tanpa perlu effort lebih, dengan mudah menggambarkan kesepian seorang Walter melalui shot-shot yang kontras antara Walter dengan lingkungan sekitarnya.

Kenyamanannya untuk terus berpura2 menikmati hidupnya terganggu ketika Koleganya menyuruh Walter untuk menghadiri pertemuan di Manhattan, New York. Di kota inilah, Walter kehilangan istri yang sangat dicintainya. Tetapi karena didorong terus oleh rekannya, akhirnya Walter pergi juga ke seminar tersebut, sekalian menengok apartemen lamanya. Kejadian yang luar biasa pun terjadi bagi Walter, Apartemennya tidaklah kosong seperti yang dia kira tetapi sudah dihuni oleh sepasang imigran gelap. Pasangan imigran gelap itu ditipu oleh temannya yang menyewakan apartemen Walter kepada mereka. Sadar bahwa mereka ditipu, akhirnya Tarek (Haaz Sleiman), imigran dari Syria dan pacarnya Zaenab (Danai Gurira) dari Senegal terpaksa keluar dari apartemen Walter. Walter yang merasa kasihan pada pasangan itu akhirnya mengijinkan mereka tinggal selama beberapa hari sampai mereka mendapat tempat tinggal baru.

Disinilah cerita dimulai. Ternyata setelah beberapa hari tinggal bersama dalam satu apartemen, Walter merasa mendapat teman kembali setelah tahunan lamanya hidup dalam kesepian dan menutup hati untuk orang lain. Bahkan Tarek yang seorang pemain Djembe (semacam kendang dari Afrika) mengajari Walter bagimana memainkannya. Tanpa bermaksud spoiler, The Visitor menjelma menjadi sebuah film humanis lewat masalah2 yang menuntut perubahan yang signifikan dalam diri Walter. Bagi gw, karakter Walter menjelma menjadi sosok yang sangat simpatik dan sensitif, tentunya berkat performa akting Richard Jenkins yang superb!

Banyak orang beranggapan bahwa ini adalah film politik yang mengangkat isu tentang penduduk illegal, tentang Amerika yang sedang kebingungan antara menjaga hak asasi manusia dan kemudian malah melanggarnya. Tapi gw lebih senang menganggap The Visitor adalah film yang mengangkat tema humanisme lewat masalah hak asasi manusia tadi. Film ini begitu realistis menceritakan pengandaian yang terjadi apabila seseorang saling bertemu (bump into each other)--dengan segala hasrat dan keterbatasannya --mengekspresikan sisi kemanusiaan yang terbaik dari masing2 karakter. Gw juga mencium sedikit isu rasisme di film ini. Misalnya Zaenab yang seorang muslim berkulit hitam memiliki sedikit ketakutan kepada Walter yang berkulit putih, Zaenab sendiri ternyata bersahabat dengan seorang teman yang ternyata adalah imigran dari Israel. Gw jadi teringat film Crash yang menang Oscar tahun 2005 lewat tema yang sama. Gw harap The Visitor mampu menarik perhatian juri Academy Award untuk masuk nominasi Best Picture :)

Rasa-rasanya film ini patut ditonton semua orang, terutama bagi mereka yang memiliki pertanyaan yang sama dengan kata-kata gw di awal. Marilah kita sedikit2 belajar tentang hidup lewat film.

Senin, 14 April 2008

Cat Power - The Greatest on Jools Holland

Tau Cat Power? Cat Power yang nama aslinya adalah Chan Marshall adalah musikus yang hebat. Dengan minimalist style, sparse guitar, piano playing, dan ethereal vocals, berhasil menghipnotis orang2 pencinta musik di dunia termasuk gw. Suaranya agak mirip ama Feist campur Fiona Apple campur Norah Jones, nah lo?! Video ini adalah video live Cat Power di Jools Holland. Judulnya The Greatest. My Favorite!!

http://www.catpowermusic.com/

Living Square - Indonesia 2008

This is my one minute video from Bandung One Minute Video workshop. The concept is experimental; what if you can create a place on video with no boundaries (which as we know was limited by pixel and frame).

Tittle:
Living Square

Creator:
Iqro Firdausy
Kartika C. Nurmala
Tri P. Handayani

Country:
Indonesia

Year:
2008

Kamis, 10 April 2008

hello blogger...







Akhirnya gw bikin blog juga....
Walaupun gw masih nyaman dengan multiply (gambar di atas itu headernya multiply gw).
Tapi karena ceritanya multiply di blokir sama depkominfo, imbasnya gw gada kerjaan dan membutuhkan pelarian.

Jadilah gw membuat blog > tamansariexpress.blogspot.com
Judul blog yang aneh?
Jadi judul ini terinspirasi dari film kesukaan gw, Chunking Express.
Nah, karena kebetulan kosan gw di sekitar jalan Taman Sari, digabung deh tu jadinya!
Lalu, gw mo ngapain skarang?
gatau euy lieur aing mah.....